BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Banyak masalah mutu
yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran,
bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dam kimerja guru.
Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan,
keterbatasan dana, sarana, dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber
belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta
dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan tersebut berujung pada
rendahnya mutu lulusan.
Mutu lulusan yang
rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat
melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih
tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima didunia kerja, diterima bekerja,
tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat dan
tidak produktif. Lulusan tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah
biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, serta memungkinkan menjadi warga
yang tersisih dari masyarakat.
Banyaknya masalah
yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan yang tidak bermutu, upaya-upaya atau
program untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang amat penting. Sehubungan dengan persoalan tersebut, pemerintah
telah mngeluarkan berbagai peraturan perundang – undangan yang
mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Undang – undang
Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 mengaskan bahwa pengendalian dan evaluasi mutu
pendidikan harus dilakukan, baik terhadap program maupun terhadap institusi
pendidikan secara berkelanjutan. Begitu pula dalam peraturan pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa penetapan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Lembaga pendidikan
Islam sebagai wadah proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam sekaligus
pemegang amanat pendidikan Nasional pun bermasalah dengan mutu, banyaknya
lulusan lembaga pendidikan Islam yang tidak berprestasi dan kurang tertanamnya
nilai-nilai Islami menjadi bukti mutu lembaga pendidikan Islam belum sesuai
harapan, dalam upaya perbaikan memerlukan Total Quality Manajemen (TQM) dalam
rangka menjamin lulusannya sesuai dengan tujuan visi dan misi lembaga
pendidikan Islam.
Dalam dunia industri, Total Quality Management (TQM) digunakan oleh U.S.
Naval Air Systems Command yang mencoba menterjemahkan pendekatan manajemen
model Jepang untuk peningkatan mutu, Untuk melaksanakan Total
Quality Assurance (TQA)/ Penjaminan Mutu Terpadu, tidaklah mungkin dipisahkan
dengan Total Quality Management (TQM)/ Manajemen Mutu Terpadu, sebab hanya
dengan melaksanakan fungsi manajemen dengan berkualitaslah akan secara efektif
membawa Institusi Pendidikan khusunya lemabaga
pendidikan Islam ke arah pencapaian mutu yang berkualitas. Manakala diyakini proses
secara keseluruhan komponen lembaga pendidikan senantiasa dijalankan dengan
berkualitas (Quality), maka akan dapat diwujudkan penjaminan mutu (Quality
Assurance).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Quality (Mutu)
Berbicara mengenai kualitas atau mutu, sumber daya manusia pendidikan
memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Peningkatan kualitas atau mutu pendidikan merupakan
suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus
berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan
pendidikan yang lebih berkualitas atau bermutu.[1]
Secara etimologi dalam kamus Ilmiah popular mutu dapat diartikan sebagai
kualitas; derajat; tingkat. Dan dalam bahasa Inggris berasal dari kata Quality
artinya kualitas. Secara terminology mutu di definisikan oleh para ahli sebagai
berikut[2]
Dalam rangka umum, mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan
suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa.[3]
Quality (Mutu) merupakan ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku
sama sekali tidak akan membantu. Makna mutu yang demikian luas juga sedikit
membingungkan pemahaman kita. Akan tetapi beberapa konsekuensi praktis yang
signifikan akan muncul dari perbedaan-perbedaan makna tersebut.[4]
Menurut Crosby mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan
(Conformance to requirement), yaitu sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun outputnya. Oleh karena itu, mutu pendidikan
yang diselenggarakan sekolah dituntut untuk memiliki baku standar mutu
pendidikan. Mutu dalam konsep Deming adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
Dalam konsep Deming, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan keluaran, baik pelayanan dan lulusan yang sesuai kebutuhan atau
harapan pelanggan (pasar)nya. Sedangkan Fiegenbaum mengartikan mutu adalah
kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Dalam pengertian
ini, maka yang dikatakan sekolah bermutu adalah sekolah yang dapat memuaskan
pelanggannya, baik pelanggan internal maupun eksternal.[5]
Mutu menurut Carvin, sebagaimana dikutip oleh Nasution, adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses
dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen. Selera atau harapan pelanggan pada suatu produk selalu berubah,
sehingga kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan
mutu produk tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga
kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan
organisasi agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.[6]
Menurut Edward Sallis ada beberapa konsep tentang mutu. Pertama mutu
sebagai konsep absolut. Dalam konsep ini kualitas atau mutu adalah pencapaian
standar tertinggi dalam suatu pekerjaan, produk, dan layanan yang tidak mungkin
dilampaui.[7]
Kedua mutu sebagai konsep relatif. Dalam konsep ini kualitas atau mutu
masih ada peluang untuk peningkatan. Kualitas atau mutu adalah sesuatu yang
masih dapat ditingkatkan. Akan tetapi jika dalam tahap peningkatan itu
pelaksanaan sebuah pekerjaan telah mencapai standar tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya maka pekerjaan tersebut berkualitas.[8]
Ketiga adalah kualitas atau mutu menurut pelanggan. Dalam definisi ini
mutu sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan
pelanggan. Peters berpendapat bahwa definisi yang dikemukakan oleh pelanggan
sangat penting, karena Peters menemukan kenyataan bahwa pelanggan akan membayar
lebih untuk mutu yang baik, tanpa menghiraukan tipe produknya.[9]
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Quality (Mutu) merupakan
keunggulan dari sebuah produk barang atau jasa yang dihasilkan melalui proses
kerja yang telah terencana dengan baik. Mutu atau kualitas merupakan tujuan akhir
dari sebuah proses panjang yang dilakukan oleh organisasi. Mutu merupakan
jaminan dari sebuah lembaga kepada pelanggannya. Pelangganlah yang akan
menentukan apakah lembaga tersebut mutu produknya (barang atau jasa) baik atau
buruk. Karena mereka adalah raja, yang dapat memilih dan menentukan barang mana
yang akan dibeli atau dimanfaatkan. Untuk itu sebuah lembaga harus menjaga
kualitas atau mutu yang telah ada atau meningkatkan agar lebih baik untuk
menjaga eksistensi mereka agar tidak di tinggalkan oleh pelanggannya.
Dari beberapa definisi diatas tentang mutu atau kualitas ada beberapa
elemen dasar bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni:
a.
Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan
b.
Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan
c.
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah
(apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas
pada saat yang lain)
Semua sumber kualitas
di lingkungan organisasi pendidikan dapat dilihat manifestasinya melalui
dimensi – dimensi kualitas yang harus direalisasikan oleh pucuk pimpinan
bekerja sama dengan warga sekolah yang ada dalam lingkungan
tersebut. Menurut Hadari Nawawi, dimensi kualitas yang dimaksud adalah[10]
a.
Dimensi Kerja
Organisasi
Kinerja dalam arti unjuk perilaku dalam bekerja yang positif, merupakan
gambaran konkrit dari kemampuan mendayagunakan sumber – sumber kualitas, yang
berdampak pada keberhasilan mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan
eksistensi organisasi (sekolah).
b.
Iklim Kerja
Penggunaan sumber – sumber kualitas secara
intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan organisasi.
Di dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan terwujud kerjasama yang
efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling menghargai dan
menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk selalu
meningkatkan kualitas.
c.
Nilai Tambah
Pendayagunaan sumber – sumber kualitas secara efektif dan efisien akan
memberikan nilai tambah atau keistimewaan tambahan sebagai pelengkap dalam
melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai oleh organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit terlihat pada
rasa puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).
d.
Kesesuaian dengan Spesifikasi
Pendayagunaan sumber – sumber kualitas secara
efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personil untuk menyesuaikan
proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya dengan karakteristik operasional dan
standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang disepakati.
e.
Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil
Pembangunan
Dampak lain yang dapat diamati dari
pendayagunaan sumber – sumber kualitas yang efektif dan efisien terlihat pada
peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada siswa.
f.
Persepsi Masyarakat
Pendayagunaan sumber – sumber kualitas yang
sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari persepsi
masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip mengenai
kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi
ataupun oleh dunia kerja.
Jadi dalam konteks pendidikan pengertian mutu,
dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat
berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik),
metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi
mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam
interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana
pendukung di kelas maupun diluar kelas; baik konteks kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup susbtansi yang akademis maupun yang
non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Quality (Mutu) dalam
konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai
oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu baik dalam bidang akademik atau
dalam bidang non akademik[11] yang
tentunya yang dapat dicapai oleh subyek pendidikan di sekolah, baik guru atau
siswa, atau dapat juga prestasi dalam bidang keunggulan local tertentu, atau
bahkan dapat pula berupa kondisi yang menjadi unggulan, yang secara khusus
berbeda dari sekolah lainnya seperti suasana disiplin, keakraban, saling
menghormati, kebersihan, mengedepankan adab.
B. Total Quality Management (Manajemen
Mutu Terpadu)
Akhir-akhir ini, konsep Manajemen Mutu sangat berkembang dan banyak
diterapkan, khususnya dalam dunia pendidikan. Mutu pendidikan (lulusan) tidak
hanya ditentukan oleh seorang guru, tetapi oleh seluruh guru, juga pihak
personalia sekolah, seperti pengelola dan staf administrasi.
Terdapat empat alasan
utama mengapa TQM harus di terapkan di lembaga pendidikan Pertama,
para pendidik bertanggung jawab terhadap bisnis mereka karena para pendidik
merupakan faktor utama bagi peningkatan sekolah. Kedua, pendidikan membutuhkan
proses pemecahan masalah yang peka dan fokus pada identifikasi dan penyelesaian
penyebab utama yang menimbulkan masalah tersebut. Ketiga, organisasi sekolah
harus menjadi model organisasi belajar semua organisasi. Keempat, sangat
mungkin bahwa melalui TQM di sekolah-sekolah orang-orang dapat menemukan
mengapa sistem pendidikan yang ada saat ini tidak berjalan dengan baik.
Penerapan TQM mungkin dapat memberikan sistem yang lebih baik.[12]
Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merangkum
semua pengertian dari konsep tentang kualitas; karenanya disebut sebagai
pengelolaan kualitas secara menyeluruh. TQM menekankan pada
personal, etika, budaya, dan juga sistem kualitas yang terarah untuk memastikan
komitmen dari setiap anggota organisasi dalam usaha perbaikan yang
berkesinambungan[13]
Para Ahli manajemen telah banyak mengemukakan pangertian Total Quality
Management (Manajemen Mutu Terpadu) diantaranya adalah :
Menurut Edward Sallis (1993: 13) bahwa : “Total Quality Manajemen is a
philosophy and a methodologhy wich assist institutions to manage change and set
their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.”[14]
Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu
merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi,
terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Mulyadi juga
menjelaskan dalam bukunya Total Quality Manajemen bahwa TQM adalah suatu sistem
manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara
berkelanjutan kepuasan Costomers pada biaya yang sesungguhnya secara
berkelanjutan dan terus-menerus.[15]
Sedangkan Menurut Mudafir Ilyas “TQM It's has an objective to improve
quality of produc and servies continuously to satisfy the customers”.[16]
TQM adalah sebuah tujuan atau sasaran untuk meningkatkan produk dan
pelayanan secara terus-menerus untuk kepuasan pelangggan).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Edward Sallis, Total Quality
Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan usaha menciptakan kultur mutu,
yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan para pelanggan. Dalam
konsep mutu pelanggan adalah raja. Lebih jauh dia menjelaskan bahwa kata total
(Terpadu) menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus
terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus menerus. Kata manajemen
berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam institusi, apapun status,
posisi atau peranannya, adalah manajer bagi tanggung jawabnya masing-masing.[17]
Sedangkan M. Jusuf Hanafiah, dkk dalam manajemen mutu pendidikan
mendefinisikan Total Quality Management (Manajemen Mutu
Terpadu) merupakan suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan
strategis, dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan
kepentingan pelanggan.[18]
Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) adalah suatu system
yang efektif untuk mengintegrasikan usaha- usaha pengembangan kualitas,
pemeliharaan kualitas, dan perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai kelompok
atau organisasi, sehingga meningkatkan produktivitas dan pelayanan ketingkat
yang paling ekonomis yang menimbulkan kepuasan semua langganan.[19]
Dapat disimpulkan
Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan suatu pendekatan
yang berorientasi pada peningkatan mutu produk yang dihasilkan oleh sebuah
lembaga, organisasi untuk kepuasan pelanggan dan untuk mengatasi lingkungan
yang terus berubah. sehingga harus ada perbaikan terus menerus yang dilakukan
oleh lembaga.
Perbaikan ini bertujuan untuk mengendalikan mutu yang sudah ada serta
meningkatkan agar lebih baik lagi. Selain itu untuk menciptakan sebuah mutu
atau kualitas, diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak. Terutama dari
pemimpin. Juga adanya keterlibatan total dari semua bawahan, melalui
pemberdayaan yang terkait dengan perbaikan kinerja mereka agar senantiasa
selalu menghasilkan produk yang bermutu.
Menurut Veithzal Rivai dan Sylviana Murni beberapa prinsip dalam penerapan
sistem TQM adalah sebagai berikut :
a.
Merupakan
Komitmen pimpinan puncak (top management)
b.
Pengertian dari total
yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan melibatkan seluruh aparat
lingkungan perusahaan
c.
Apabila terjadi
kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang sangat
berdampak pada menurunnya efesiensi dan efektifitas produksi, secara serius hal
ini harus di cermati dan ditangani secara tuntas serta segera dicari titik
permasalahannyadan dilakukan perbaikan yang berkelanjutan.
d.
Ditetapkan
aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebajikan tertulis dan
merupakan alat atau tools dalam operasional sistem TQM.[20]
Manajemen Mutu
Terpadu di lingkungan suatu organisasi non profit termasuk pendidikan tidak
mungkin diwujudkan jika tidak didukung dengan tersedianya sumber – sumber untuk
mewujudkan kualitas proses dan hasil yang akan dicapai. Di lingkungan
organisasi yang kondisinya sehat, terdapat berbagai sumber kualitas yang dapat
mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal. Menurut Hadari Nawawi,
beberapa di antara sumber – sumber kualitas tersebut adalah sebagai berikut.[21]
a.
Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah)
terhadap kualitas.
Komitmen ini sangat penting karena berpengaruh
langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan, pemilihan dan
pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan kontrol.
Tanpa komitmen ini tidak mungkin diciptakan dan dikembangkan pelaksanaan fungsi
– fungsi manajemen yang berorentasi pada kualitas produk dan pelayanan umum.
b.
Sistem Informasi Manajemen
Sumber ini sangat penting karena usaha
mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas, sangat tergantung
pada ketersediaan informasi dan data yang akurat, cukup/lengkap dan terjamin
kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok organiasi.
c.
Sumberdaya manusia yang potensial
SDM di lingkungan sekolah sebagai aset bersifat
kuantitatif dalam arti dapat dihitung jumlahnya. Disamping itu SDM juga
merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas pokok organisasi
(sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya. Kualitas pelaksanaan tugas pokok
sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik yang telah
diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat potensial dan dapat
dikembangkan.
d.
Keterlibatan semua Fungsi
Semua fungsi dalam organisasi sebagai sumber
kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang sebagai satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi harus dilibatkan secara
maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang lainnya.
e.
Filsafat Perbaikan
Kualitas secara Berkesinambungan
Sumber – sumber kualitas yang ada bersifat sangat mendasar, karena
tergantung pada kondisi pucuk pimpinan (kepala sekolah), yang selalu menghadapi
kemungkinan dipindahkan, atau dapat memohon untuk dipindahkan. Sehubungan dengan itu, realiasi TQM tidak boleh
digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai sumber kualitas, karena sikap
dan perilaku individu terhadap kualitas dapat berbeda. Dengan kata lain sumber
kualitas ini harus ditransformasikan pada filsafat kualitas yang
berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.
C. Aplikasi TQM Pada Lembaga Pendidikan Islam
Penetapan manajemen
mutu pada lembaga pendidikan Islam dewasa ini merupakan suatu keharusan,
sehingga diharapkan satuan pendidikan Islam baik sekolah maupun universitas
diharapkan terus mampu bersaing dengan mengedepankan mutunya.
Untuk mengaplikasikan
konsep TQM ke dalam pendidikan Islam, perlu kita meminjam prinsip-prinsip
pencapaian mutu Edward Deming, berikut ini, ialah uraian tentang penerapan
prinsip-prinsip tersebut ke dalam Pendidikan Islam.
Pertama, Untuk
menjadi lembaga pendidikan Islam yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha
yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain
(siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa pendidikan Islam adalah bermutu harus
diraih.
Kedua, lembaga
pendidikan Islam yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan
kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan
pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh lembaga tersebut. Kebutuhan
pelanggan adalah berkembangnya SDM yang bermutu dan tersedianya informasi,
pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat, karya/produk lembaga pendidikan
Islam tersebut. Bentuk kepuasan pelanggan misalnya para lulusannya merasakan
manfaat pendidikannya dalam meniti karirnya di lapangan kerja. Selain itu di dalam
pendidikan Islam tersebut terjadi proses belajar-mengajar yang teratur dan
lancar, guru-gurunya produktif, berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara, dan lulusannya berperestasi cemerlang di masyarakat.
Ketiga, perhatian
lembaga pendidikan selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan:
siswa, masyarakat, industri, pemerintahan dan lainnya, sehingga mereka puas
karenanya.
Keempat, dalam
lembaga pendidikan Islam yang bermutu tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik
antar sesama unsur didalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan. Sebagai
contoh kelompok pengajar bekerjasama menyusun startegi pembelajaran siswa
secara efektif dan efisien. Jika hanya satu atau dua saja guru yang mengajar
secara baik tidaklah cukup, karena tidak akan menjamin terjadinya mutu siswa
yang baik. Untuk itu, maka harus semua guru menjadi pengajar yang baik.
Sebaliknya, jika gurunya menjadi pengajar yang baik, maka siswanya haruslah
ingin belajar secara efektif. Proses belajar mengajar tidak dapat dikatakan efektif
dan efisien jika hanya sepihak, gurunya saja atau siswanya saja yang baik.
Interaksi yang baik antar sesama unsur dalam pendidikan Islam harus terjalin
secara intensif, agar pencapaian mutu dapat berhasil sesuai harapan. Dalam
upaya menggiatkan kerjasama antar unsur dalam pendidikan Islam tersebt perlu
dibentuk “tim perbaikan mutu” yang diberi kewenangan untuk mencari upaya agar
mutu pendidikan Islam lebih baik. Untuk ini pelatihan kepada tim terutama
tentang cara-cara bekerjasama yang efektif dan efisisen dalam tim sangat
diperlukan.
Kelima, diperlukan
pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat
proses perbaikan mutu. Pimpinan lembaga (kepala sekolah/madrasah, wakil kepala
sekolah, hingga kepala bagian-bagian terkait) bertugas sebagai motivator dan
fasilitator bagi orang-orang yang bekerja dibawah pengawasannya untuk mencapai
mutu. Setiap atasan adalah pemimpin, sehingga ia haruslah memiliki
kepemimpinan. Kepemimpinan haruslah yang membuat orang kemudian merasa lebih berdaya,
sehingga yang dipimpin mampu melaksanakan tugas pekerjaannya lebih baik dan
hasil yang lebih baik pula.
Keenam, semua karya
lembaga pendidikan Islam (pengajaran, penelitian, pengabdian, administrasi
dll.) selalu diorientasikan pada mutu, karena setiap unsur yang ada didalamnya
telah berkomitmen kuat pada mutu. Akibat dari orientasi ini, maka semua karya
yang tidak bermutu ditolak atau dihindari.
Ketujuh, Ada upaya
perbaikan mutu lembaga pendidikan secara berkelanjutan. Untuk ini standar mutu
yang ditetapkan sebelumnya selalu dievaluasi dan diperbaiki sedikit demi
sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kedelapan, segala
keputusan untuk perbaikan mutu pelayanan pendidikan/pengajaran selalau
didasarkan data dan fakta untuk menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam
pelaksananannya.
Kesembilan, penyajian
data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk perbaikan
mutu yang bisa dianalisis dan disimpulkan, sehingga tidak menyesatkan.
Kesepuluh, hendaknya
pekerjaan di lembaga pendidikan jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang
sama saja dari waktu ke waktu, karena bisa membosankan. Setiap kegiatan di
lembaga tersebut harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat, serta
hasilnya dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Hendaknya
tercipta kondisi pada setiap yang bekerja dilembaga tersebut untuk bersedia
belajar sambil bekerja, dan sedapat mungkin diprogramkan baik belajar tentang
materi, metode , prosedur dan lain-lain.
Kesebelas, dari waktu
ke waktu prosedur kerja yang digunakan di lembaga pendidikan Islam perlu
ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan. Jika tidak maka prosedur
tersebut perlu diubah dengan yang lebih baik.
Kedua belas, Perlunya
pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki mutu kerja dan
hasilnya. Para guru dan karyawan administrasi mencoba cara-cara kerja baru dan
jika mereka berhasil diberikan pengakuan dan penghargaan.
Ketiga belas,
Perbaikan prosedur antar fungsi di lembaga pendidikan Islam sebagai bentuk
kerjasama harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada
yang lebih penting satu unsur dari unsur yang lain dalam mencapai mutu
pendidikan Islam. Misalnya, tenaga administrasi sama pentingnya dengan tenaga
pengajar, dan sebaliknya.
Keempat belas,
tradisikan pertemuan antar pengajar dan siswa untuk mereview proses
belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki pengajaran yang bemutu. Pertemuan
dengan orangtua siswa, pertemuan dengan tokoh masyarakat, dengan alumni,
pemerintah daerah, pengusaha dan donatur lembaga pendidikan Islam dapat
dilakukan oleh penyelenggara lembaga pendidikan Islam. Pendek kata, hendaknya
semua unsur yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan Islam dapat
berpartisipasi ikut mengembangkan pendidikan Islam mencapai mutu yang baik[22]
Mendasarkan
hal-hal di atas, tampak bahwa sebenarnya mutu pendidikan Islam adalah merupakan
akumulasi dari cerminan semua mutu jasa pelayanan yang ada di lembaga
pendidikan Islam yang diterima oleh para pelanggannya. Layanan pendidikan Islam
adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh
kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil
akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu
terpadu.”
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Quality (Mutu) dalam
konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai
oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu baik dalam bidang akademik atau
dalam bidang non akademik.
Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan suatu
pendekatan yang berorientasi pada peningkatan mutu produk yang dihasilkan oleh
sebuah lembaga, organisasi untuk kepuasan pelanggan dan untuk mengatasi
lingkungan yang terus berubah. sehingga harus ada perbaikan terus menerus yang
dilakukan oleh lembaga.
Aplikasi TQM dalam lembaga pendidikan Islam dapat mengarahkan pada
keutuhan, baik keutuhan dari fokus pelanggan, pengembangan proses, dan
pelibatan semua elemen seperti kepala sekolah/madrasah, guru, pegawai, dan
suplier perlu diperhatikan dengan terus berorientasi pada kualitas.
[6] Nasution, Manajemen
Mutu Terpadu (Total Quality Management) (Jakarta : Ghalia Indonesia,
2001), h.16
[7] Dede Rosyada, Paradigma
Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Perlibatan Masyaraka dalam Penyelenggaraan pendidikan (Jakarta: Kencana,
2004), h. 285
[12] Veithzal Rivai
dan sylviana Murni, Education Management , Jakarta Rajawali Pres 2010,
h. 483-484
[13] Agus Fahmi, Manshur
Ghani Sanusi, Konsep Pendidikan Modern (Surabaya : SMA
Khadijah, 2006), h.67
[18] Moh. Iwan
Apriyadi, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, http//media. diknas.go.id/
media/ document/ 5095.pdf
Thanks For Sharing, Interesting Article ^_^
BalasHapusVisit >>> Website