MODEL PENILAIAN KEBUTUHAN: MEMILIH PENDEKATAN TERBAIK
A. Isi
Buku
Tidak ada
satu model
atau
kerangka konseptual
dalam penilaian
kebutuhan
yang telah
diterima secara
universal. Keragaman pendekatan untuk penilaian kebutuhan dapat
dipahami lebih baik dengan memeriksa berbagai model penilaian kebutuhan yang
telah dikembangkan untuk tujuan yang berbeda konteks.
Kamis(1931), seorang ahli dibidang humas atau
hubungan masyarakat dalam penilaian kebutuhan dan perencanaan, percaya bahwa tidak ada metode definitif tunggal mengenai penilaian
kebutuhan, melainkan banyak strategi yang dapat
digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dari salah satu atau mengkombinasikan
dari empat metode umum berikut:
1. Penilaian kebutuhan secara langsung
melalui survey
2. Tapping persepsi kebutuhan
baik orang komunitas
kunci atau warga masyarakat
(informan kunci)
3. Menyimpulkan kebutuhan dari pola
pelayanan yang sedang berlangsung
4.
Menyimpulkan
kebutuhan
dari asosiasi
yang dikenal
antara
karakteristik wilayah sosial dan prevalensi masalah sosial dan kesehatan.
karakteristik wilayah sosial dan prevalensi masalah sosial dan kesehatan.
MemilihPendekatanPenilaian
Kebutuhan
Dalam pemililhan pendekatan penilaian kebutuhan ada
dua model keputusan yang menjadi acuan atau panduan bagi assessor dalam
melakukan pendekatan penilain kebutuhan :
1.
Berlaku untuk perencanaan
pelayanan manusia
(hubungan masyarakat)
2.
Untuk penilaian kebutuhan pendidikan.
Sebuah Model Community College
Sebuah
konsorsium dari tujuh perguruan tinggi di Florida tengah mengembangkan model
untuk menilai kebutuhan masyarakat kerja . Analisis data Antar pemerintah , didanai melalui Judul III
dari ;lebih tinggi lagi Undang-Undang Pendidikan dan dipresentasikan pada
konferensi nasional pertama pada penilaian kebutuhan Pada tahun 1975 ( Tucker ,
1973 , 1974 ) .
Model ini
berfokus pada hubungan kurikulum perguruan tinggi dengan kebutuhan pendidikan
masyarakat , Tucker mencatat bahwa " sejak pendidikan diidentifikasi
sebagai ' jarum ' di masa depan akan selalu didasarkan pada beberapa data dari
sekarang , dan karena ada yang bekerja pada bentuk masa depan , himpunan
kebutuhan harus
mengidentifikasi yang
mmewakili untuk
arah masa depan " ( 1974, hal . 1 , penekanan Tucker ) . Perguruan tinggi
ingin menawarkan program yang paling relevan mungkin dalam keterbatasan sumber
daya mereka serta cara yang konsisten dan dapat diandalkan mengenali pola dan kebutuhan
siswa potensial .
Model ini
menawarkan teknik perencanaan untuk memungkinkan pengambil keputusan untuk:
1. Urutkan
kebutuhan pendidikan
2. Mengembangkan
rencana alternatif 10 kebutuhan
3. Menentukan pedoman alokasi anggaran sesuai dengan kebutuhan yang menjadi prioritas .
4. Memantau manfaat atau nilai dari kebutuhan
biaya, maksudnya yaitu untuk mengetahui apakah memenuhi kebutuhan membenarkan biaya .
5. Mengembangkan metode dinamis terus untuk mengevaluasi
sistem pendidikan.
Model Komunitas Pemuda
The Behavioral Research dan Evaluation Corporation (
BR EC ) mengembangkan pendekatan yang komprehensif untuk penilaian pemuda
ditingkat masyarakat ( Rossi , Freeman , dan Wright , 1979) .
Indikator yang
digunakan berasal dari data sensus , polisi dan catatan cotat , data sekolah ,
kesejahteraan , angka pengangguran , dan sejenisnya . Brec juga mengembangkan Model Komunitas Pemuda adalah sebagai alat Assessment
untuk survei kebutuhan semua pemuda dalam suatu populasi , bukan hanya mereka
yang menerima layanan . Responden dipilih dengan simple random sampling di
sekolah atau cluster sampling di sekolah atau rumah . Jenis item dikembangkan
untuk survei ini adalah:
1. Masalah ,
kesulitan , dan kebutuhan , melesat frekuensi terjadinya mereka berbohong , dan
dirasakan keseriusan.
2. perasaan ,
sikap , dan perilaku berkaitan dengan empat hal :
a. dirasakan peluang untuk mencapai tujuan
pribadi dan mks sosial yang diinginkan
b. dirasakan perlakuan negatif negatif
oleh guru , dan teman-teman
c. perasaan
terasing
d. keterlibatan
diri dilaporkan dalam perilaku nakal
3. persepsi dan
evaluasi layanan yang tersedia
4. latar belakang
pribadi dan data sosial ekonomi
Siklus
Mis Model
Untuk melakukan penilaian kebutuhan
secara siklus dan metode mengintegrasikan beberapa , jenis data yang berbeda
dan Memasukkan mereka ke dalam manajemen pendidikan sistem informasi yang
sedang berlangsung ( MIS ) .
Hal ini dirancang
dan diuji lapangan di Saratoga ( California ) Sekolah Menengah Atas ( Witkin ,
1979e , Kenworthy dan lain-lain , 1980) .
Persyaratan desain utama adalah untuk mengembangkan kriteria untuk merancang data base proporsi dikelola , konsisten dengan penilaian kebutuhan yang sedang berlangsung .
Persyaratan desain utama adalah untuk mengembangkan kriteria untuk merancang data base proporsi dikelola , konsisten dengan penilaian kebutuhan yang sedang berlangsung .
Salah satu
sumber dilengkapi tiga ide yang berguna untuk unsur itu
adalah Kurikulum Sistem Informasi Manajemen ( CURMIS ) , sebuah proyek yang
dirancang untuk mengevaluasi program sekolah tinggi di Madison , Wisconsin (
Sapone , : 972 ) .
Konsep dasar diadaptasi dari CURMIS adalah
bahwa pengumpulan data harus dimulai dengan masing-masing departemen , daripada
seluruh sekolah; yang dipandu oleh sejumlah
departemen eaelt , dan bahwa ada tiga tingkatan standar untuk setiap
masalah .
1.
tingkat
mengatasi keberatan bahwa standar sebuah sekolah terlalu rendah atau terlalu
tinggi
2.
penilaian
kebutuhan hanya melihat kelemahan dan tidak pada kekuatan
3.
Standar yang
ditetapkan sebelum busur data yang dikumpulkan .
B. Kesimpulan
Menelaah isi bab ini yang berjudul model penilaian
kebutuhan : memilih pendekatan terbaik dapat disimpulkan bahwa:
1.
Istilah
Model
yang digunakan
dalam bab ini
berarti
kerangka konseptual
untuk perencanaan
dalam melakukan penilaian
kebutuhan, adakala
nya pula strategi pun digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data dalam menetapkan kebutuhan
yang paling prioritas. Model
yang dipilih
adalah perwakilan
dari banyak perspektif
profesional dan
akademik yang
berbeda.
2.
Dari kedua model yang menjadi acuan bagi assessor. Model keputusan yang pertama menurut Cohen (1981)
dimaksudkan untuk memberikan perencana dan Program administrator kerangka kerja
yang luas sebagai panduan untuk melihat penilaian kebutuhan dalam konteks organisasi dan politik dalam hubungan
masyarakat.
3.
Sedangkan model yang kedua dimaksudkan agar
pendidikan itu dapat terencana dengan baik.
4.
Beberapa model pendekatan yang digunakan adalah:
a.
Model
Community College
b.
Model Komunitas Pemuda
c.
Siklus Mis Model
5.
Model
Community College ini berfokus pada hubungan kurikulum perguruan tinggi
dengan kebutuhan pendidikan masyarakat.
6.
Model Komunitas Pemuda adalah sebagai alat Assessment
untuk survei kebutuhan semua pemuda dalam suatu populasi , bukan hanya mereka
yang menerima layanan.
7.
Dalam Siklus Mis Model jenis data yang berbeda dimasukkan ke dalam manajemen pendidikan
sistem informasi yang sedang berlangsung.
C. Komentar
Istilah
Model
yang digunakan
dalam bab ini
berarti
kerangka konseptual
untuk perencanaan
dalam melakukan penilaian
kebutuhan. Perencanaan
dapat diartikan sebagai suatu maksud atau niat.[1] Perencanaan
merupakan rangkain tindakan untuk kedepan. Perencanaan bertujuan untuk mencapai
seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil
yang diinginkan.[2]
Hasil-hasil yang di inginkan tersebut bertujuan untuk melakukan penilaian
kebutuhan.
Dalam perencanaan penilaian kebutuhan, perlu di
butuhkan data untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang harus diprioritaskan
terlebih dahulu. Dalam mengumpulkan data diperlukan lima tahapan
pengorganisasian data, yaitu:
1. Data dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam
system
2. Data di isikan atau ditempatkan di
tempat penyimpanan data
3. Data diolah (dikemas) menurut aturan
yang sudah ada
4. Data ditampilkan dalam bentuk yang dapat
digunakan
5. Data dipindahkan dari satu titik ke
dalam system titik yang lain sesuai dengan keperluannya.[3]
Di
Indonesia ada empat alternative pendekatan dalam perencanaan:
1. Pendekatan
kebutuhan social
Pendekatan kebutuhan social menitik beratkan pada
tujuan pendidikan yang mengandung misi pembebasan terutama bagi Negara-negara
berkembang. Menurut Guruge (1972) pendekatan ini adalah pendekatan tradisional
bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas
demi memenuhi tekanan-tekanan untuk memasukkan sekolah serta memungkinkan
pemberian kesempatan kepada pemenuhan keinginan-keinginan murid dan orang
tuanya secara bebas. Bila pendekatan ini dipergunakan, maka tugas para
perencana pendidikan adalah harus menganalisa :
a. Pertumbuhan penduduk
b. Partisipasi dalam pendidikan
c. Arus murid dari kelas satu ke kelas yang
lebih tinggi
d. Pilihan atau keinginan masyarakat dari
individu tentang jenis-jenis pendidikan.
2. Pendekatan
kebutuhan ketenagakerjaan
Alternative
pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan
mengutamakan kepada keterkaitan lulusan system pendidikan dengan tuntutan
terhadap tenaga kerja pada berbagai sector pembangunan dengan tujuan yang akan
dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan
memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga tingkat kehidupannya dapat
diperbaiki.[4]
3. Pendekatan
efesiensi biaya
Alternative
pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan kebutuhan efesiensi biaya
ini bersifat ekonomi, karena memiliki pandangan pendidikan memerlukan investasi
yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut harus dapat
diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi.
4. Pendekatan pemanfaatan AHP untuk
perencanaan pembangunan daerah
Dalam pendekatan
ini siklus perencanaan dan pengendalian terdiri dari lima tahapan aktivitas,
yaitu:
a. Perencanaan tujuan dasar dan sasaran
b. Perencanaan operasional
c. Penganggaran
d. Pengendalian dan pengukuran
e. Pelaporan, analisis, dan umpan balik.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmat, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011)
Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
(Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010)
Syaefudin Sa’ud, Udin dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif,
(Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010)
[1]Hikmat,
Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2011),h.101.
[2]Oemar
Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 135.
[3]Udin
Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2010), h. 88.
[4] Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya,
2010), h. 243.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar